sebutkan penerapan perilaku inklusif di lingkungan masyarakat

ContohPerilaku Persatuan dan Kesatuan di Lingkungan Masyarakat. Bergaul dengan warga masyarakat yang berbeda suku bangsa, agama serta asal daerah. Tidak membeda bedakan dalam memperlakukan tetangga sekitar. Mau menolong tetangga atau warga masyarakat yang alami kesusahan atau musibah. Saling berbagi dengan sesama warga masyarakat. Integritasyang bisa dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain; Selalu mematuhi peraturan saat berlalu lintas. Ikut menjaga keamanan lingkungan masyarakat. Menjaga lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya. Turut serta dalam gotong royong di masyarakat. Menepati janji yang dibuat. Senantiasa menghargai kepala daerah, ataupun SikapInklusif Inklusif merupakan suatu sikap yang bersedia menerima dan mengakui individu atau kelompok lain yang memiliki latar belakang sosial budaya berbeda. Sikap ini dapat menciptakan situasi positif, aman, dan tentram dalam lingkungan masyarakat multikultural. 6. Sikap Akomodatif Berikutmerupakan beberapa contoh eksklusivisme yang ada di masyarakat. Antara lain; Kelompok keren; Seseorang yang memiliki berbagai contoh kelompok sosial dengan pandangan bahwa apa yang dilakukan merupakan sesuatu yang keren. Hal ini akan membuat orang lain merasa kurang nyaman berada di lingkungan tersebut. Contohperilaku upaya menyelesaikan berbagai persoalan di lingkungan masyarakat Drquyenhn 3 weeks ago 5 Comments itu ya dek jawabannya. kalau ada yg kurang jelas bisa ditanyakan. semoga membantu yaa. di mohon kerja samanya juga untuk segera memberi penilaian dan bintangnya juga ya dek. terimakasih 😆⭐ Warum Flirten Männer Mit Anderen Frauen. Istilah inklusif dan eksklusif berkaitan dengan dunia pendidikan. Kata inklusif merujuk pada penggambaran masyarakat yang terbuka pada keberagaman budaya. Inklusif menjelaskan keterbukaan masyarakat pada toleransi, menerima, dan berinteraksi dengan budaya lain. Selain kata inklusif, ada juga kata eksklusif. Mengutip dari eksklusif kebalikan dari inklusif. Pengertian eksklusif yaitu sekelompok masyarakat yang membatasi, memisahkan, hingga menutup diri dari luar. Kelompok eksklusif ini membatasi diri pada kelompok lain. Pengertian Inklusif Definisi inklusif menurut KBBI adalah termasuk atau terhitung. Kata inklusif berasal dari bahasa Inggris yaitu "inclusion", yang artinya mengajak masuk atau mengikutsertakan. Sedangkan kata eksklusif berasal dari "exclusion", yang artinya mengeluarkan atau memisahkan. Inklusif adalah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan lingkungan yang lebih terbuka. Berdasarkan buku Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar, inklusif bertujuan untuk mengajak dan ikut serta semua orang yang memiliki latar belakang berbeda. Sikap inklusif bermanfaat untuk menerapkan dan memahami masalah. Inklusif ini bertujuan untuk mengajak dan ikut serta dalam lingkungan. Kelompok masyarakat inklusif akan terbuka dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Contoh sikap inklusif di lingkungan yaitu sikap hormat pada lebih tua dan menghargai ke yang lebih muda. Pada dasarnya sikap inklusif membantu menjaga hubungan antar manusia. Sikap ini perlu diterapkan untuk memahami perbedaan etnis, budaya, latar belakang, status, hingga karakteristik. Menurut Marriam menjelaskan tujuan pendidikan inklusif, yaitu mengurangi kekhawatiran, membangun, loyalitas dalam persahabatan, sikap membangun, dan menghargai. Manfaat Inklusif Dapat membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan Mengurangi sikap diskriminatif atau membeda-bedakan Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk pendidikan anak sekolah Perencanaan dan monitoring mutu pendidikan Mengetahui hambatan yang berkaitan dengan sosial dan masalah Sikap menghargai perbedaan budaya dan tradisi yang dianut Dapat menghargai diri sendiri dan orang lain Sadar bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama Mengembangkan masyarakat yang memiliki pikiran terbuka dan cerdas Mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih dekat antar sesama Mengembangkan produktivitas untuk membangun kehidupan yang lebih baik Contoh Sikap Inklusif Membantu menyeberangkan lansia di jalan Memberi tempat duduk prioritas untuk ibu hamil dan lansia Tidak menganggu anak kecil Menghormati orang yang lebih tua Membantu orang yang kesusahan Melakukan gotong royong bersih desa Membantu tetangga membetulkan jalanan rusak Melapor pada pihak berwajib jika ada fasilitas rusak Berteman dengan semua orang tanpa membeda-bedakan Bersikap ramah pada semua orang Menghargai orang yang berbeda dari segi etnis, agama, dan budaya Tidak menganggu anak kecil Tujuan Pendidikan Inklusif Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pasal 5 ayat 1 berbunyi 'bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang merata dan berpengaruh pada pengembangan pendidikan'. Pendidikan inklusif penting untuk menekan sikap anti diskriminasi, perjuangan hak dan kewajiban, serta kualitas pendidikan. Anak-anak berhak mendapatkan perkembangan dan kemajuan pendidikan. Menurut UNESCO, pendidikan inklusif penting untuk proses penerimaan, respon keberagaman, dan kebutuhan semua siswa. Sehingga siswa dapat memahami dan ikut berpartisipasi dalam belajar, budaya, dan komunikasi. Berikut tujuan pendidikan inklusif Membantu meningkatkan kepedulian dan kebutuhan belajar siswa Guru dan siswa nyaman dengan keberagaman Memberi kesempatan kepada peserta didik, untuk mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhan dan kualitas Adanya keanekaragaman, tidak diskriminatif, dan saling menghargai di sekolah Na escola, as práticas inclusivas começam na gestão escolar e se estendem até a sala de aula. Dentro deste contexto, promover exemplos de práticas inclusivas é colocar em ação o Projeto Político Pedagógico PPP da escola e também fornecer apoio socioemocional aos estudantes. Assim, gestores e educadores têm a oportunidade de refletir sobre exemplos de práticas inclusivas. Quer conhecer alguns deles? Acompanhe! O que são práticas inclusivas, capacitismo e acessibilidade? Conhecer e debater com os alunos os conceitos de capacitismo e acessibilidade são exemplos de práticas inclusivas na escola. Dentro dos espaços educacionais, o debate sobre exemplos de práticas inclusivas é muito relevante. Mas antes de encaminhar a prática, é importante introduzir à comunidade escolar o conceito de capacitismo. No capacitismo, questiona-se a capacidade do outro, ou seja, é um tipo de preconceito. Eliminar o capacitismo dentro de uma instituição de ensino é papel de todos. Em virtude disso, gestores precisam estar constantemente procurando formas de distanciar sua equipe de atitudes capacitistas. Conhecer a diferença entre inclusão e acessibilidade também é fundamental. A acessibilidade ocorre quando os locais e equipamentos disponíveis nos espaços estão adaptados para a utilização dos alunos com deficiência, o que inclui, por exemplo, as salas de recursos multifuncionais. Possibilitando, assim, a inclusão. Contudo, não basta apenas oferecer as adaptações de acessibilidade para praticar a inclusão, também é preciso guiar e apoiar os alunos de forma acolhedora para que sintam-se parte do processo. Isto é, fornecer suporte socioemocional e informações. Quais são as práticas pedagógicas inclusivas? Olharemos agora para os exemplos de práticas inclusivas pela perspectiva das práticas pedagógicas. Entre os efeitos benéficos dessa prática, podemos citar a promoção de um acolhimento que cumpre com aspectos da legislação e da Base Nacional Comum Curricular BNCC, além do fortalecimento da empatia e do respeito entre os estudantes. Além disso, a imagem da escola ganha contornos positivos, de modo que a comunidade escolar passa a associá-la a um ambiente de aprendizado e convivência inclusiva. Confira alguns exemplos de práticas pedagógicas inclusivas Acesso à educação para todos conforme consta no Artigo 208 Constituição Federal de 1988, existe a garantia de “atendimento educacional especializado aos portadores de deficiência, preferencialmente na rede regular de ensino”. Dessa maneira, o aluno possui amparo legal para ter todo o suporte do qual necessita para frequentar a escola de ensino aluno se desenvolve embora alguns alunos possam ter comprometimento intelectual, mesmo que os resultados a longo prazo sejam pequenos, todos os estudantes desenvolvem habilidades na escola, quando são incentivados ou desafiados. Ao mesmo tempo que isso acontece, os educadores avaliam os resultados mediante empenho e convívio escolar é um grande exemplo de práticas inclusivas, pois contribui para o respeito, a empatia e a significação de conhecimento de forma mais autônoma. O ritmo de aprendizado é respeitado e o foco é descentralizado apenas do conteúdo. Em outras palavras, o educador atua como mediador, buscando sempre atividades que agreguem valores junto ao grupo. Exemplos de práticas inclusivas para a gestão escolar Gestão democrática e adequação do material didático são bons exemplos de práticas inclusivas na escola. Podemos pensar ainda em alguns exemplos de práticas inclusivas pela perspectiva da gestão escolar Capacitação os gestores podem estimular e oferecer capacitações para os professores. O Atendimento Educacional Especializado AEE já é realidade em muitas instituições de ensino. Nesse caso, a gestão acompanha e fornece formação continuada para melhorar as práticas do educador. Além disso, outros funcionários da escola podem estar envolvidos na de instalações é fundamental para que os alunos tenham mais autonomia. Isso porque, espaços inclusivos trazem ao estudante a possibilidade de livre circulação na escola. Por isso, junto com aquelas adaptações regulamentadas por lei, é preciso pensar também em equipamentos e materiais extras, como por exemplo, tecnologias e recursos gamificados, que ajudam a ganhar o interesse dos discentes. Material didático o material didático é um fator importante dentro dos exemplos de práticas inclusivas, não apenas por trazer informações, mas também por promover a participação dos alunos nas aulas. O SAS pode ser um importante parceiro nesse aspecto, já que desenvolve materiais didáticos personalizados para as necessidades das escolas e fornece plataformas digitais que são interativas e inclusivas. Proximidade com os alunos e as famílias com o intuito de implementar a gestão escolar democrática, manter uma boa relação com alunos e famílias faz parte dos exemplos de práticas inclusivas. Aqui, a sugestão é que a escola estabeleça uma relação de acolhimento e confiança para com a comunidade escolar. Demonstrando interesse, conversando sobre o histórico do aluno e certificando que ali é um local de acolhimento. Quer conhecer mais sobre os benefícios de fortalecer a relação escola e família, clique aqui e confira um texto especialmente sobre o assunto. Exemplos de práticas inclusivas para a sala de aula Incluir no currículo escolar atividades interessantes que podem ser desenvolvidas pelo professor em sala de aula é importante para estimular não apenas a criatividade do docente e o processo de inclusão, mas também para promover o pensamento crítico dos alunos, que passam a pensar em ações de inclusão que extrapolam o ambiente escolar. Confira alguns exemplos de práticas inclusivas direcionadas para a sala de aula, que servem de inspiração para os educadores Flexibilidade de brincadeiras seja flexível ao propor brincadeiras. Discuta com os seus alunos a ideia de desprender o gênero dos jogos, ou seja, sem discernir o que é brincadeira de meninos ou meninas. Desenvolva uma rotina ao mesmo tempo que contribui para a organização da sala em geral, a determinação de uma rotina também ajuda no fortalecimento das funções executivas. Desse modo, todos os alunos conseguem ir aos poucos aumentando seu senso de autonomia e um bom planejamento sugerir atividades interdisciplinares e incentivar a participação dos alunos nas aulas são ações que partem de um bom planejamento, que alinha o corpo docente às expectativas dos alunos e famílias. Realize atividades acessíveis a todos no momento de planejar, todos os detalhes devem ser pensados, inclusive aqueles que envolvem espaços físicos. Dessa forma, pensar nas etapas da aula tendo como objetivo a participação de todos é um bom exemplo de práticas inclusivas. Que características profissionais um professor inclusivo deve cultivar? Professores atualizados e em formação continuada dão exemplos de práticas inclusivas nas escolas. Profissionais inclusivos precisam pensar, primeiro, em investir em formação continuada. Assim, o professor desenvolve a habilidade de integrar os alunos ao mesmo tempo que valoriza os potenciais de cada estudante em particular. Além disso, são profissionais atentos à adequação do material didático, que o acompanha no dia a dia da sala de aula. Assim, ele terá apoio adequado no momento de pensar em atividades inclusivas. Habilidade, conhecimento e competência são características que agregam muitos nos exemplos de práticas pedagógicas. Certamente, esses professores também carregam consigo valores como a empatia, disposição para aprender sempre, amor pela profissão e dedicação constante. Os cursos de formação continuada oferecidos pelo SAS podem ajudar professores e gestores na jornada inclusiva. Conheça nosso catálogo Atenção inclusão é tema do ENEM! Dar bons exemplos de práticas inclusivas na escola, forma os alunos para ter sucesso no ENEM e como cidadãos. Além do assunto ser importante para a gestão e prática pedagógica de qualquer escola, contribuindo na formação dos alunos como cidadãos, os temas de inclusão e capacitismo são recorrentes no ENEM. Para abordar exemplos de práticas inclusivas como tema de aula, os professores podem explorar a redação, atividades gramaticais e interpretação de texto. Esta estratégia também é válida para trabalhar imagens históricas e textos literários. Tratar de temas como capacitismo, focando no potencial que todos possuem também é relevante, até para desenvolver habilidades socioemocionais, conforme exigência da BNCC. Além disso, é interessante debater assuntos como a normatividade corporal estéticas e padrões corporais e o bullying. Mesmo que o ENEM seja feito pelos alunos do Ensino Médio, uma sociedade mais inclusiva e tolerante começa no Ensino Infantil e Fundamental, que informam e acolhem os estudantes. O SAS é um parceiro fundamental para trilhar essa jornada de sucesso com os alunos e familiares, pois os materiais são sempre alinhados com os conteúdos da BNCC. Quer saber mais? Entre em contato com um dos consultores SAS Jakarta Berbicara soal kata inklusif menjadi kata yang bertolak belakang dari arti eksklusif. Inklusif adalah memposisikan dirinya ke dalam posisi yang sama dengan orang lain atau kelompok lain sehingga membuat orang tersebut berusaha untuk memahami perspektif orang lain atau kelompok lain dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Dengan demikian masyarakat yang inklusif adalah sebagai sebuah masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan keberbedaan serta mengakomodasinya ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur yang ada di masyarakat. Kemendes dan UGM Canangkan Desa Inklusif yang Ramah Difabel Pentingnya Menanamkan Pendidikan Inklusi untuk Anak Pendidikan Inklusif Harus Menggunakan Hati agar Karakter Orangtua dan Anak Terbangun Dengan begitu sifat inklusif adalah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka, mengajak dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Sedangkan inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Dalam hal ini, inklusif sosial bisa dimaknai sebagai upaya untuk mengajak dan merangkul segenap sumber daya manusia dalam sebuah kerjasama demi kehidupan yang lebih bermartabat, adil, saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Ide besarnya inklusif adalah apa yang bisa dilakukan dan dihasilkan secara bersama-sama tanpa sekat untuk kepentingan bersama. Dengan gambaran di atas tercermin bahwa inklusif sebetulnya sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Mengingat pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Untuk lebih memahami pengertian kata inklusif, manfaat hingga contoh, berikut penjelasannya yang telah dirangkum oleh dari berbagai sumber, Selasa 23/3/2021.Pemahaman Inklusif dalam MasyarakatIlustrasi Menolong. Sumber UnsplashKata Inklusif berasal dari kata “inclusion” yang artinya mengajak masuk atau mengikutsertakan. Pada intinya kita berada dalam lingkungan yang inklusif dan harus mempunyai “sikap” yang inklusif. Sebab lingkungan inklusif adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan. Dalam suatu masyarakat inklusif yang terdiri dari beberapa perbedaan seperti agama, ras, suku dan budaya. Itulah yang seharusnya kita lakukan untuk menerima dan menghargai perbedaan tersebut, sehingga kita mampu disebut masyarakat inklusif. Masyarakat inklusif adalah kita semua dalam wilayah tertentu yang saling bertanggung jawab untuk mengupayakan dan menyediakan kemudahan berupa bantuan layanan dan sarana agar masing-masing diantara kita dapat terpenuhi keperluannya, melaksanakan kewajiban dan mendapatkn haknya. Secara umum dapat diupayakan ketersediaan layanan dan sarana bagi semua warga masyarakat, tetapi dengan catatan tidaklah bisa sama untuk semua orang walaupun mereka tinggal dalam satu lingkungan masyarakat. Hal itu karena setiap individu dalam masyarakat unik dan berbeda. Dengan demikian maka setiap orang dalam masyarakat memerlukan cara berbeda berupa layanan dan sarana khusus yang sesuai dan tepat dengan keunikan dan keperluan khususnya. Untuk itu, masyarakat dengan sifat inklusif ini mempunyai sikap toleran yang Sikap Inklusif dalam MasyarakatGotong Royong. Sumber PixabaySetelah menelaah tentang pengertian inklusif yang berarti salah satu sifat yang dapat mencegah terjadinya konflik sosial. Maka, Anda perlu memahami apa saja manfaat dari menerapkan sikap inklusif pada masyarakat yang dapat memberikan sifat positif untuk kita. Berikut manfaatnya. 1. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri 2. Dapat menghargai pesan budaya yang sesuai dengan tradisi yang dianut. 3. Mampu menghargai perbedaan sebagai sesuatu yang wajar. 4. Dapat lebih mengembangkan kecakapan berkomunikasi dengan produktif guna mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. 5. Dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. 6. Mempunyai hak dan kewajiban yang sama 7. Masyarakat menjadi terbuka dan cerdas 8. Masyarakat menemukan lebih banyak calon pemimpin masa depan yang disiapkan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat. 9. Menjadi tidak ada perbedaan yang membedakan 10. Masyarakat menjadi lebih dekat satu sama Sikap Inklusif pada MasyarakatIlustrasi menolong, membantu orang lain. Gambar oleh Michal Jarmoluk dari PixabayPerubahan sederhana dan praktis menjadi ciri dari lingkungan inklusif. Dalam lingkungan inklusif, perubahan sederhana dan praktis merupakan upaya memudahkan setiap individu melakukan setiap kegiatannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh perubahan sederhana dan praktis adalah ketika ada selokan yang terbuka di sepanjang jalan dan banyak batu-batu di pinggir selokan itu. Beberapa warga berpikir untuk menutup selokan adalah pekerjaan dari departemen pekerjaan umum, sikap mereka menunggu karena mereka tidak punya hambatan menggunakan jalan tersebut. Namun beberapa warga lain seperti orangtua yang lanjut usia, anak-anak kecil di bawah usia sekolah, mereka yang baru terkena penyakit stroke, mereka yang memiliki kesulitan melihat, mereka yang berjalan dengan menggunakan tongkat atau kursi roda atau ibu yang sedang hamil merasa kesulitan, tidak aman dan tidak nyaman menggunakan jalan tersebut. Maka perubahan sederhana dan praktis yang diharapkan adalah salah satu warga pergi melaporkan pada pihak yang mempunyai tugas perbaikan jalan. Atau sekelompok warga lainnya dapat bekerja sama menutup selokan dengan papan dan memindahkan batu-batu besar, sehingga setiap warga nyaman dan mudah menggunakan jalan tersebut. Jelas dari contoh itu bahwa sikap insklusif harus tertanam pada diri kita sejak dini, mengingat pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MODAL SOSIAL KONSEP, INKLUSIFITAS DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Rusydan Fathy Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia rusydanfathy ABSTRAK Pembangunan berorientasi pertumbuhan ekonomi semata seringkali memberikan dampak negatif bagi sasaran kebijakan itu sendiri. Beberapa masalah yang ditimbulkan tersebut di antaranya adalah kebijakan tidak tepat sasaran, memarjinalkan masyarakat, dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan saat ini sering mengafiliasi modal sosial dalam skema pembangunan atau pembuatan kebijakan. Dalam sejarahnya, perdebatan panjang mengenai modal sosial bermuara kepada relasi sosial sebagai esensi dari modal sosial. Penekanan modal sosial sebagai modal adalah bagaimana individu atau kelompok mampu mendayagunakan relasi-relasi sosial mencakup nilai dan norma, jaringan sosial dan kepercayaan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan manfaat sosial. Bagian awal artikel ini menjelaskan modal sosial sebagai konsep teoritis. Bagian inti artikel ini menjelaskan hubungan antara modal sosial dengan inklusifitas dan pemberdayaan masyarakat dalam konteks pembangunan inklusif berkelanjutan. Artikel ini menggunakan pendekatan kalitatif dengan metode studi literatur melalui berbagai sumber yang relevan. Hasil menunjukkan bahwa modal sosial merupakan konsep teoritis yang akan lebih bermanfaat pada ranah praktik. Artikel ini menyimpulkan bahwa modal sosial merupakan kerangka berpikir yang bermanfaat dalam keberhasilan pembangunan dan perumusan kebijakan. Kata kunci Modal Sosial, pembangunan inklusif berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat ABSTRACT Social capital is present as an alternative form of other modalities. In its history, the long debate about social capital has led to social relations as the essence of social capital. Emphasis on social capital as capital is how individuals orcommunities are able to utilize social relations including values and norms, social networks and trust to gain economic and social benefits. The first part of this article describes social capital as a theoretical concept. The main part of this article explains the relationship between social capital and inclusiveness and community empowerment in the context of sustainable inclusive development. In closing, this article concludes that social capital is a theoretical framework and tools that are useful in the success of development and policy formulation. This article uses a qualitative approach with literature study methods about relevant sources. Keywords Social capital, sustainable inclusive development, community empowerment Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 PENDAHULUAN Pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Namun demikian, implementasi pembangunan nasional yang terangkum dalam agenda pemerintah baik pusat maupun daerah masih dirasa kurang efektif dalam mencapai cita-cita tersebut. Bagi Indonesia, salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan umum. Namun, nampaknya hal itu sulit dicapai melihat fakta masih banyak masyarakat yang tereksklusi sosial. Sila ke-5 Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi berseberangan dengan fakta kesenjangan yang tetap tajam antara si kaya dan si miskin. Tingkat pendidikan yang rendah dan tidak merata, infrastruktur yang terbatas di pedalaman, kualitas sanitasi dan kesehatan yang buruk serta lemahnya partisipasi masyarakat dalam aktifitas politik menjadi bukti melemahnya kapasitas masyarakat akibat agenda pembangunan yang tidak inklusif. Padahal, kita sedang dihadapkan oleh agenda global Sustainable Development Goals SDGs menggantikan Millenium Development Goals. SDGs merupakan upaya negera-negara di dunia untuk menciptakan Bumi sebagai tempat yang lebih baik bagi manusia. Tujuan tersebut terangkum dalam 17 tujuan yang merefleksikan inklusifitas dan sustainability. Agenda tersebut mengharuskan perumusan dan implementasi kebijakan yang merangkul semua dan bersifat berkelanjutan memperhatikan kelangsungan hidup generasi berikutnya. Di sisi lain, konsep modal sosial menarik perhatian para akademisi dan praktisi di dalam isu pembangunan. Modal sosial kemudian dianggap sebagai kerangka teoritis yang bermanfaat dalam paradigma pembangunan inklusif berkelanjutan. Posisi modal sosial menjadi penting untuk disorot mengingat paradigma pembangunan yang diberlakukan tersebut lebih bersifat bottom up ketimbang top down. Modal sosial masuk dalam dimensi sosial dari paradigma pembangunan berkelanjutan yang mencoba mengintegrasikan tiga dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan. Selain itu, posisi modal sosial juga berperan positif dalam dimensi politik karena mendorong partisipasi, aksesibilitas dan kebebasan masyarakat yang juga menjadi prinsip dalam paradigma pembangunan inklusif berkelanjutan. PEMBAHASAN Perdebatan Modal Relasi dan Proses Sosial dalam Modal Sosial Dilihat dari segi sumber daya yang terendap di dalamnya, modal dapat dikategorikan menjadi beberapa bentuk modal finansial, modal fisik, modal manusia dan modal sosial. Masing-masing bentuk modal tersebut memiliki perbedaan dalam pola atau proses investasi untuk SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 memperoleh keuntungan ekonomi economic gain dan manfaat sosial social benefit Usman, 2008 1. Modal sosial saat ini banyak dipakai oleh para akademisi maupun praktisi dalam berbagai kajian. Modal sosial terutama hadir sebagai alternatif bentuk modalitas lain seperti modal ekonomi, modal budaya dan modal manusia. Pierre Bourdieu 1986 memperkenalkan konsep modal sosial dalam konteks perdebatan bentuk-bentuk modalitas tersebut. Bourdieu 1986 memperdebatkannya dengan melihat peluangnya untuk dikonversikan. Menurut Bourdieu, bukan hanya modal ekonomi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk uang, melainkan modal budaya yang pada situasi tertentu, dapat dikonversikan menjadi modal yang memiliki nilai ekonomi. Usman menjelaskan 2018 Modal ekonomi atau finansial dihubungkan dengan upaya mengelola, meingkatkan, mengalokasikan dan menggunakan dana yang dimiliki sebagai sumber daya moneter untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial melalui kegiatan produktif. Modal fisik lebih dihubungkan kepada faktor produksi barang atau jasa yang dalam konteks ini adalah bahan baku serta infrastruktur untuk mengolahnya. Modal manusia lazim dikaitkan dengan upaya mendayagunakan kepandaian, keterampilan skill, tingkat dan keragaman pendidikan serta pengalaman individual. Modal sosial memfokuskan pada upaya mendayagunakan relasi-relasi sosial. Usman, 2018 3-4. Sejak saat itu, perdebatan tentang apakah modal sosial memenuhi syarat sebagai modal terus berlanjut. Sementara beberapa penulis berpendapat bahwa modal sosial tidak menjunjung tinggi properti utama teori modal klasik dan, karenanya, tidak memenuhi syarat sebagai modal, yang lain mempertahankan bahwa sebagian besar sifat modal sosial mirip dengan teori modal klasik. Pengetahuan tentang teori modal klasik adalah prasyarat untuk berkontribusi pada perdebatan modal sosial Bhandari dan Ysinoubu, 2009. Namun demikian, ada keyakinan bahwa modal sosial menyorot relasi atau hubungan sosial sedangkan bentuk-bentuk lain dari modal terutama terletak pada individu saja Robison et al, 2002 dalam Bhandari dan Ysinoubu, 2009. Konsep modal sosial sebenarnya muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi hal tersebut Syahra, 2003. Syahra 2003 mengemukakan Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial pertama kalinya. Dalam tulisannya berjudul 'The Rural School Community Centre' Hanifan, 1916130. Hanifan mengatakan modal sosial bukanlah modal dalam arti biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Menurut Hanifan, dalam modal sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial. Modal sosial bukan semata-mata dilihat sebagai sebuah hasil melainkan lebih kepada proses. Modal sosial mengalami pembentukan terus-menerus dan senantiasa mengakumulasi dirinya. Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 Berbeda dengan bentuk modalitas lain, modal sosial tidak akan pernah habis ketika dipakai. Kualitas modal sosial justru akan semakin baik apabila sering dimanfaatkan. Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa faktor umum yang mempengaruhi pembentukan modal adalah kebiasaan, kedudukan peranan aktor, pendidikan, kelas sosial ekonomi dan nilai-nilai personal. Modal sosial terutama berakar pada gagasan kepercayaan, norma, dan jaringan informal dan percaya bahwa relasi sosial adalah sumber daya yang berharga Bhandari dan Yasinoubu, 2009. Ketiga hal tersebut, yaitu norma sosial, jaringan sosial dan kepercayaan merupakan indikator atau unsur modal sosial. Ketiganya merupakan hubungan saling berkelindan. Pada prinsipnya, modal sosial berbicara mengenai ikatan atau kohesi sosial. Gagasan sentral modal sosial tentang ikatan sosial adalah bahwa jaringan merupakan aset yang sangat bernilai – dasar bagi kohesi sosial karena mendorong iklim kerja sama untuk memperoleh manfaat Field, 2010. Pada kenyataannya, menggunakan hubungan untuk bekerja sama membantu orang memperbaiki kehidupan mereka Putnam, 2000 19 dan Woolcock, 1998 dalam Field, 2010. Relasi-relasi sosial tersebut dapat diberdayakan sebagai modal untuk mendapat bukan hanya keuntungan ekonomi tetapi juga manfaat sosial Usman, 2018. Pertanyaannya kemudian, seperti yang diajukan oleh usman 2018 adalah bagaimana orang mendayagunakan relasi-relasi sosial sehingga menjadi sumber daya yang dapat dinvestasikan untuk tujuan memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, adalah dengan menelisik efek atau dampak dari relasi-relasi sosial Pertama, relasi sosial memfasilitasi aliran informasi tentang berbagai macam kebutuhan lingkungan. Penguasaan informasi memiliki peran penting dalam memprediksi kebutuhan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat… Kedua, relasi sosial berkorelasi positif dengan pengaruh yang mampu menjadi kekuatan memobilisasi dukungan... Ketiga, relasi sosial adalah media menanamkan dan menebarkan trust sehingga orang dapat mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Keempat, relasi sosial adalah media mempertegas identitas sehingga orang mudah mengembangkan hubungan yang saling menghargai. Hubungan saling menghargai tersbeut menciptakan kondisi kondusif untuk berbagi kepentingan dan sumber daya. Hubungan semacam ini bukan hanya memberikan rasa aman tetapi juga memberi jaminan keberlangsungan kegiatan. Koput, 2010 4-6 dalam Usman, 2018 5. Mendefinisikan Modal Sosial Norma, Jaringan dan Kepercayaan sebagai Elemen Inti Istilah modal sosial sejatinya merujuk kepada kapasitas individu untuk memperoleh barang material atau simbolik yang bernilai berdasarkan kebajikan hubungan sosial dan keanggotaan dalam kelompok sosial atau kapasitas pluralitas seseorang untuk menikmati keuntungan dari SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 tindakan kolektif berdasarkan kebajikan dari partisipasi sosial, kepercayan terhadap institusi atau komitmen untuk menetapkan cara dalam melakukan sesuatu Ritzer, 2004. Menurut Portes 1998 modal sosial adalah kemampuan dari para aktor untuk menjamin manfaat dengan bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-struktur sosial lain. Sedangkan menurut Woolcock 1998 modal sosial adalah derajat kohesi sosial yang ada dalam komunitas. Ia mengacu pada proses-proses antar orang yang membangun jejaring, norma-norma, dan social trust, dan memperlancar koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan. Kemudian Lang & Hornburg 1998 berpendapat bahwa modal sosial umumnya merujuk pada ketersediaan rasa saling percaya di dalam masyarakat stocks of sosial trust, norma-norma, dan jejaring yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan bersama. Coleman 1989 melihat modal sosial sebagai keseluruhan sesuatu yang diarahkan atau diciptakan untuk memudahkan tindakan individu dalam struktur sosialnya. Sementara itu Putnam mengatakan, sedangkan modal fisik mengacu kepada objek-objek fisik dan modal manusia mengacu kepada properti individu, modal sosial merujuk kepada hubungan antara individu, jaringan sosial dan norma-norma timbal balik serta kepercayaan yang timbul dari mereka 2000 19. Baik Coleman dan Putnam sama-sama mengakui bahwa modal sosial dapat bertambah maupun berkurang dari waktu ke waktu Field, 2010. Sama halnya Coleman dan Putnam, Fukuyama 2002 menjelaskan bahwa setiap kelompok memiliki potensi modal sosial – sejauh mana ia dimanfaatkan berkenaan dengan radius kepercayaan. Keragaman analisis konsep modal sosial dari beberapa tokoh dapat dipetakan sebagai berikut Tabel 1. Pemetaan Modal Sosial Menurut Bourdieu, Coleman, Putnam, modal sosial adalah aset individual aktor, kemudian berkembang menjadi aset kelompok. Menurut Fukuyama, modal sosial adalah aset kelompok yang dimanfaatkan oleh individu aktor Menurut Bourdieu, Coleman dan Putnam, kedekatan hubungan sangat vital dalam mengidentifikasi modal sosial. Kedekatan hubungan melembagakan trust norma dan hubungan saling menguntungkan. Mereka berfokus kepada bonding social capital. Menurut Fukuyama, kedekatan hubungan tidak terlalu dominan karena bisa dihubungkan oleh aktor-aktor tertentu sebagai jembatan sekaligus pengarah dan selanjutnya melembagakan linking social capital. Menurut Bourdieu, Coleman, Putnam, modal sosial berfungsi sebagai agen perubahan sosial dan dapat memberi dukungan individual aktor atau kelompok mencapai berbagai tujuan dan memenuhi kepentingan. Sumber Usman, 2018 Haridison 2013 berkesimpulan bahwa pandangan beberapa ahli tentang konsepsi modal sosial adalah 1 sekumpulan sumberdaya aktual dan potensial; 2 entitasnya terdiri-dari atas Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 beberapa aspek dari struktur sosial, dan entitasentitas tersebut memfasilitasi tindakan individu-individu yang ada dalam struktur tersebut; 3 asosiasi-asosiasi yang bersifat horisontal; 3 kemampuan aktor untuk menjamin manfaat; 4 informasi; 5 norma-norma; 6 nilai-nilai; 7 resiprositas; 8 kerjasama; 9 jejaring. Sementara itu Coleman 2011 berpendapat bahwa terdapat 6 bentuk modal sosial kewajiban dan ekspektasi, saluran informasi, norma dan sanksi efektif, relasi wewenang, organisasi sosial yang disesuaikan, organisasi yang disengaja. Terkait hal tersebut, Haridison 2013 menjelaskan Pertama, Kewajiban dan Ekspektasi. Jika A melakukan sesuatu untuk B dan percaya bahwa B akan membalasnya pada masa depan, hal ini menciptakan ekspektasi di pihak A dan kewajiban di pihak B untuk memelihara kewajiban tersebut… Kedua, Saluran Informasi. Potensi informasi yang melekat pada relasi-relasi sosial. Informasi penting untuk mendasari tindakan, tetapi akuisisi informasi merugikan. Informasi sekurang-kurangnya memerlukan perhatian, yang selalu cepat diberikan. Alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi adalah penggunaan relasi sosial yang dipertahankan untuk tujuan lain… Ketiga, Norma dan Sanksi Efektif. Norma-norma preskriptif yang merupakan bentuk modal sosial sangat penting dalam kolektivitas adalah norma yang membuat seseorang melepaskan kepentingan diri sendiri untuk bertindak demi kepentingan kolektivitas… Keempat, Relasi Wewenang. Jika pelaku A mengalihkan hak kendali beberapa tindakan kepada pelaku lain, B, maka B menyediakan modal sosial dalam bentuk hak kendali tersebut… Kelima, Organisasi Sosial yang Dapat Disesuaikan. Organisasi yang didirikan untuk satu rangkaian tujuan juga dapat membantu tujuan lainnya… Keenam. Organisasi yang Disengaja. Penggunaan konsep modal sosial tergantung pada keberadaan hasil sampingan aktivitas yang diikutsertakan untuk tujuan lain… 2013 35. Di sisi lain, modal sosial memiliki dua dimensi yaitu dimensi kognitif kultural dan dimensi struktural Bain dan Hicks dikutip Krishna dan Shradder dalam Syahra, 2003. Dimensi kognitif berkaitan dengan nilai-nilai, sikap dan keyakinan yang mempengaruhi kepercayaan, solidaritas dan resiprositas yang mendorong ke arah terciptanya kerja sama dalam masyarakat guna mencapai tujuan bersama. Dimensi struktural merupakan susunan, ruang lingkup organisasi dan lembaga-lembaga masyarakat pada tingkat lokal yang mewadahi dan mendorong terjadinya kegiatan-kegiatan kolektif yang bermanfaat bagi masyarakat. Pemaparan mengenai definisi, perdebatan, dimensi dan bentuk modal sosial mengantarkan kita kepada kesimpulan bahwa pada dasarnya modal sosial memiliki tiga unsur penting yaitu nilai norma, jaringan dan kepercayaan. Unsur yang pertama yaitu norma-norma sosial social norms. Secara umum norma merupakan nilai yang bersifat kongkret. Diciptakan untuk menjadi panduan bagi setiap individu untuk berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Terkait hal ini, Putnam 2000 menjelaskan bahwa nilai-nilai terkandung di dalam suatu jaringan sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa posisi nilai-nilai menjadi penting sebagai pengikat atau perekat – kohesifitas – mempersatukan dalam menjalin hubungan. Menurut Fukuyama SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 Pada umumnya norma yang terbentuk secara spontan cenderung bersifat informal, dalam arti tidak dituliskan dan diumumkan. Selain merentangkan norma-norma sosial, mulai dari norma sosial hierarkis hingga norma spontan, kita juga dapat merentangkan norma lainnya hasil pilihan rasional, serta norma turun menurun dan arasional. 2005 179. Fukuyama 2005 menjelaskan lebih lanjut, bahwa akan terbentuk 4 macam norma dengan 4 sifat yang berbeda spontan-arasional alami teratur sendiri, spontan rasional tertata sukarela, hierarkis-arasional keagamaan dan hierarkis-rasional politis. Nilai dan norma merupakan pra kondisi – pondasi yang melandasi timbulnya kepercayaan Fukuyama, 2002. Norma-norma informa ini tidak akan lenyap dan akan tetap di kemudian hari Fukuyama, 2005 230. Norma-norma ini pada gilirannya akan menciptakan kebajikan sosial Social Virtues Beberapa rangkaian kebajikan individu yang bersifat sosial di antaranya adalah kejujuran, keterandalan, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain, kekompakkan dan sense of duty terhadap orang lain... Modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma yang berlaku, dan dalam konteksnya termanifestasikan dalam kebajikan-kebajikan sosial umum – kesetiaan, kejujuran, kekompakkan dan dependability. Fukuyama, 2002 65. Unsur modal sosial selanjutnya adalah jaringan sosial. Definisi jaringan sebagai unsur modal sosial adalah sekelompok orang yang memiliki norma-norma atau nilai-nilai informal di samping norma-norma atau nilai-nilai yang diperlukan untuk transaksi biasa di pasar Fukuyama, 2005 245. Pertukaran informasi yang diwadahi oleh jaringan untuk berinteraksi akhirnya berkontribusi memunculkan kepercayaan di antara mereka Fukuyama, 2002. Jaringan sosial dapat terbentuk karena adanya nilai dan norma yang dipegang teguh bersama yang kemudian melandasi lahirnya kerja sama. Namun demikian, kerja sama sosial tidak serta merta muncul begitu saja. Hal tersebut dapat dimunculkan dengan menciptakan identitas bersama, pertukaran moral dan pengulangan interaksi. Fukuyama menjelaskan Orang cenderung ceroboh menggunakan istilah asas timbal balik reciprocity atau pengorbanan timbal balik reciprocal altruism. Istilah tersebut dianggap sama dengan istilah tukar-menukar di pasar market exchange, padahal tidak demikian. Di pasar, barang-barang ditukarkan serentak. Pembeli dan penjual mengikuti perkembangan nilai tukar dengan cermat. Sedangkan menyangkut pengorbanan timbal balik, pertukaran bisa terjadi pada waktu yang berbeda. Pihak yang yang satu memberikan manfaat tanpa mengharapkan balasan langsung, dan tidak mengharapkan imbalan yang sepadan. Fukuyama, 2005 212-213. Dari pemaparan tersebut, terdapat penekanan pada waktu perolehan manfaat atau imbalan yang diterima di kedua belah pihak. Pertukaran pasar terjadi secara serentak dengan memprioritaskan pada perolehan manfaat yang paling tidak setimpal di antara keduanya. Sementara asas timbal balik sama sekali tidak demikian. Prinsip seperti inilah yang merefleksikan kualitas modal sosial yang baik. Terkait dengan pengulangan interaksi, sebagaimana dimaksud oleh Fukuyama Orang yang punya reputasi culas akan dihindari, sedangkan orang jujur cenderung mau bekerja sama dengan orang lain yang jujur pula. Karena masa lampau tidak sepenuhnya dapat dipakai sebagai patokan untuk memperkirakan masa depan, selalu ada kemungkinan bahwa orang yang Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 mau bekerja sama hari ini mengkhianati saya esok. Namun kemampuan yang kecil sekalipun untuk membedakan mana orang yang mau bekerja sama dan mana yang tidak tetap dapat memberikan manfaat yang cukup besar pada kemampuan seseorang untuk membangun hubungan kerjasama. Fukuyama, 2005 209-210. Tabel 2. Pembentukan Jaringan dan Kerja Sama Sosial 1. Adanya nilai dan norma yang dipegang teguh bersama. 2. Terjalin hubungan yang bernuansa kerja sama. 1. Menciptakan identitas bersama 2. Norma timbal balik pertukaran moral antar anggota 3. Pengulangan interaksi Sumber Fathy, 2017 65 Sementara itu, bentuk modal sosial berdasarkan tipe ikatan sosial jaringan sosial dapat dibedakan sebagai berikut a Modal sosial mengikat bonding social capital, berarti ikatan antara orang dalam situasi yang sama, seperti keluarga dekat, teman akrab dan rukun tetangga. b Modal sosial menjembatani bridging social capital, mencakup ikatan yang lebih longgar dari beberap orang, seperti teman jauh dan rekan kerja. c Modal sosial menghubungkan linking social capital, menjangkau orang-orang pada situasi berbeda yang sepenuhnya berada di luar komunitas, sehingga mendorong anggotanya memanfaatkan banyak sumber daya dari yang tersedia di dalam komunitas. Woolcock, 2001 13-14, dalam Usman, 2018 68. Modal sosial mengikat cenderung mendorong identitas eksklusif dan mempertahankan homogenitas, sedangkan modal sosial menjembatani cenderung menyatukan dari beragam ranah sosial Putnam, 2000. Masing-masing bentuk tersebut mampu menyatukan kebutuhan yang berbeda dari masing-masing anggota. Modal sosial yang mengikat adalah perekat dan memperkuat identitas spesifik Putnam, 2000. Modal sosial menjembatani merupakan hubungan-hubungan yang menjembatani lebih baik dalam menghubungkan aset eksternal dan bagi persebaran informasi dan dapat membangun identitas dan timbal balik lebih luas Putnam, 2000. Putnam 2000 dalam Asrori 2014 dijelaskan Bridging ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka inklusif, para anggotanya mempunyai latar belakang yang heterogen. Orientasi kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama dalam mencari jawaban atas permasalahan bersama, serta mempunyai cara pandangan keluar outward looking. Sedangkan bonding yaitu kapital sosial bersifat eksklusif, keanggotannya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan, seperti kesamaan suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup, lebih mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok. h. 761. SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 Gambar 1. Bonding, Bridging dan Linking Social Capital Sumber Dalam pembahasan Putnam, dapat disimpulkan bahwa jaringan dan kerja sama tidak dapat dipisahkan. Bonding social capital berperan dalam menciptakan identitas bersama yang kuat. Hal ini penting sebagai salah satu syarat menumbuhkan kerja sama internal kelompok. Dalam proses pembentukan jaringan, menumbuhkan iklim kerja sama adalah syarat lain selain nilai dan norma bersama Fukuyama, 2005. Bridging social capital pada gilirannya berperan penting bagi kelompok untuk menciptakan perluasan kerja sama terhadap kelompok lain. Mengembangkan jaringan-jaringan sosial yang didasarkan pada norma-norma bersama dan iklim kerja sama akan membuat modal sosial berkembang. Jaringan sosial, bagaimanapun memfasilitasi sekumpulan orang yang diikat oleh norma-norma bersama dan saling berhubungan timbal-balik reciprocity. Unsur modal sosial yang ketiga adalah kepercayaan. Menurut Fukuyama 2002, kepercayaan adalah efek samping yang sangat penting dari norma-norma sosial yang kooperatif yang memunculkan modal sosial. Kepercayaan adalah sesuatu yang dipertukarkan dengan berlandaskan norma-norma bersama demi kepentingan orang banyak. Kepercayaan menyangkut hubungan timbal balik. Bila masing-masing pihak memiliki pengharapan yang sama-sama dipenuhi oleh kedua belah pihak, maka tingkat kepercayaan yang tinggi akan terwujud. Modal Sosial dan Inklusi Sosial Tidak dapat dipungkiri jika masyarakat Indonesia belum dikatakan sepenuhnya sejahtera. Kesenjangan dan ketimpangan masih menjadi permasalahan baik di perkotaan maupun perdesaan. Polarisasi yang kian mencolok di masyarakat menandakan bahwa masyarakat Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 Indonesia ada yang tereksklusi secara sosial. Konsep eksklusi sosial sebenarnya tertuju pada melemahnya kapasitas masyarakat. Hal demikian ditandai pula dengan lemahnya tingkat partisipasi, aksesibilitas dan kebebasan masyarakat. Eksklusi sosial merupakan proses dan juga outcome, individu atau kelompok terpisah dari hubungan sosial yang lebih luas – ditandai dengan tidak berpartisipasi dalam aktifitas masyarakat seperti konsumsi, menabung, produksi, politik dan aktifitas sosial lainnya Sirovatka dan Meres, 2008. Silver 1995 melihat eksklusi sosial dalam tiga sudut pandang solidaritas; spesialisasi dan monopoli. Paradigma solidaritas melihat melemahnya ikatan sosial antar individu dalam masyarakat. Paradigma spesialisasi melihat bahwa eksklusi sosial adalah konsekuensi dari spesialisasi yang terjadi di masyarakat. Paradigma monopoli melihat eksklusi sebagai akibat dari monopoli kelompok – menyorot dominasi suatu kelompok terhadap kelompok tertentu. Kondisi melemahnya ikatan sosial sebagaimana dimaksud berarti menandakan melemahnya modal sosial. Dengan melemahnya ikatan sosial, dapat dipastikan bahwa kerja sama sosial akan terhambat. Implikasi dari kerja sama sosial yang terhambat adalah sulit mengembangkan modal sosial. Untuk itulah, diperlukan upaya dalam menumbuhkan lingkungan yang inklusif. Untuk menciptakan lingkungan sosial yang inklusif sangat dibutuhkan modal sosial. Modal sosial benar-benar mempengaruhi inklusi sosial, kualitas hidup individu, dan penguatan kapasitas secara personal, pertumbuhan ekonomi, pemerintahan yang demorkatis dan kohesi sosial pada tingkatan makro level Sirovatka dan Mares, 2008. Menurut Sirovatka dan Mares 2008, keterkaitan antara dimensi modal sosial dengan inklusi sosial adalah sebagai berikut Tabel 3. Dimensi Modal Sosial dan Inklusi/Eksklusi Sosial Inklusi Sosial Partisipasi Ekonomi - Pasar tenaga kerja pengangguran atau tidak - Konsumsi deprivasi material - Didukung oleh jaringan informal keluarga, tetangga dan teman - Didukung oleh jaringan formal asosiasi, sektor sipil - Efek inklusif dari norma bersama dan iklim kepercayaan Sosial - tidak berpartisipasi dalam jaringan informal - tidak berpartisipasi dalam masyarakat sipil jaringan sukarela formal - tidak memiliki akses ke lembaga - tidak menghargai norma, moral perilaku Politik/sipil - tidak melibatkan proses politik - tidak masuk dalam keanggotaan partai politik serta aktifitasnya Sumber Sirovatka dan Mares, 2008 535 SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 Kajian Modal Sosial Dalam konteks pembangunan nasional, telah dilakukan banyak kajian yang melihat peran modal sosial dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, di antaranya yaitu dilakukan oleh Haridison 2013 yang melihat peran modal sosial dalam pembangunan. Hasil kajian tersebut merupakan kajian literatur yang melihat konsep modal sosial yang diterapkan dalam beberapa aspek pembangunan politik, manusia dan ekonomi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara, determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Sama halnya Haridison, Syahra 2003 menyimpulkan bahwa ketika modal sosial diaplikasikan dengan baik maka kontribusi terpenting pengembangan modal sosial adalah terciptanya kelompok masyarakat yang mandiri dan mampu mewujudkan good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam rangka pemberdayaan kepada masyarakat, maka modal sosial masih sangat digemari para akademisi maupun praktisi sebagai kerangka teoritis untuk melahirkan strategi-strategi pemberdayaan. Hasil penelitian Balady 2018 melihat modal sosial dalam pemberdayaan komunitas. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa komunitas masyarakat tertentu memiliki berbagai bentuk modal sosial yang berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan mereka ketika modal sosial tersebut melebur dalam program PLBHK. Lebih jauh, modal sosial di antaranya mampu mengembangkan ekonomi Lembaga Keuangan Mikro LKM, Sila, 2010 dan Pedagang Kaki Lima PKL Utomo, 2015. Modal sosial juga hadir sebagai solusi pengentasan kemiskinan Rumah Tangga Miskin RTM Kamarani, 2012. Lebih dari itu, modal sosial juga berguna bagi pemberdayaan ekonomi perempuan Puspitasari, 2012 dan pemberdayaan komunitas perempuan majelis taklim Asrori, 2014. Terakhir, penelitian modal sosial yang berhasil ditemukan ternyata berpengaruh bagi perilaku pelaku Usaha Mikro Kecil Menegah UMKM Thobias et al, 2013. Bukan hanya itu, modal sosial ternyata memiliki peran dalam menciptakan ketahanan ekonomi yang baik bagi ojek pangkalan Fathy, 2017. Di sisi lain, keterkaitan modal sosial dengan isu lingkungan khususnya masalah persampahan, misalnya dilakukan dalam penelitian Syahli dan Sekarningrum 2017. Hasil penelitian tersebut mendeskripsikan pengelolaan sampah berbasis modal sosial masyarakat. Modal sosial merupakan kekuatan sosial masyarakat dalam mencapai tujuan bersama dalam hal ini menciptakan kawasan bebas sampah. Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 Modal sosial sebagai sebuah kerangka teoritis seyogianya dapat diadopsi dalam beragam aspek kehidupan masyarakat. Pemanfaatan modal sosial dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan merupakan contoh bagaimana sebuah modalitas yang bertumpu pada pendayagunaan relasi sosial diaplikasikan. Dapat dibuktikan berdasarkan hasil kajian-kajian terdahulu bahwa setiap masyarakat dalam arti luas memiliki potensi modal sosial yang apabila dikembangkan akan memberikan manfaat bagi kemudahan, baik dalam memperoleh keuntungan ekonomi maupun manfaat sosial. Kemiskinan dan Eksklusi Sosial Kita dihadapkan kepada kemiskinan sebagai masalah yang salah satunya disebabkan justru oleh agenda pembangunan yang kurang inklusif. Kemiskinan merupakan masalah klasik yang sangat kompleks. Kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks, multi dimensional. Oleh karena kompleksitasnya maka kemiskinan berkaitan erat dengan eksklusi sosial. Eksklusi Sosial merupakan konsep yang dipopulerkan oleh Lenoir 1974, berhubungan dengan fenomena marjinalisasi yang terjadi pada kelompok masyarakat dalam kehidupan bangsa Prancis Syahra, 2010. Eksklusi sosial merupakan proses dan juga outcome, individu atau kelompok terpisah dari hubungan sosial yang lebih luas – ditandai dengan tidak berpartisipasi dalam aktifitas masyarakat seperti konsumsi, menabung, produksi, politik dan aktifitas sosial lainnya Sirovatka dan Meres, 2008. Konsep ekslusi sosial menjadi paradigma baru dalam melihat fenomena kemiskinan dengan lebih komprehensif. Sementara kemiskinan hanya melihat deprivasi ekonomi, maka keunggulan konsep eksklusi sosial adalah melihat deprivasi dari berbagai aspek. Dengan dihadapkan pada kenyataan bahwa kemiskinan itu sendiri adalah multidimensi, maka menggunakan konsep eksklusi sosial menjadi pilihan bijak. Silver 1995 melihat eksklusi sosial dalam tiga sudut pandang solidaritas; spesialisasi dan monopoli. Paradigma solidaritas melihat melemahnya ikatan sosial antar individu dalam masyarakat. Paradigma spesialisasi melihat bahwa eksklusi sosial adalah konsekuensi dari spesialisasi yang terjadi di masyarakat. Paradigma monopoli melihat eksklusi sebagai akibat dari monopoli kelompok – menyorot dominasi suatu kelompok terhadap kelompok tertentu. Pembangunan Inklusif Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals SDGs merupakan agenda global sebagai kelanjutan dari Millenium Development Goals MDGs. Konsep pembangunan berkelanjutan yang digagas pada pokoknya berisi beberapa tujuan untuk mengubah bumi menjadi tempat yang lebih baik bagi manusia. Beberapa tujuan tersebut tertuang dalam “17 SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 Goals to Transform Our World” yaitu No Poverty, Zero Hunger, Good health and Well-Being, Quality Education, Gender Equality, Clean Water and Sanitation, Affordable and Clean Energy, Decent Work and Economic Growth, Industry, Innovation and Infrastructure, Reduced Inequalities, Sustainable Cities and Communities. Responsible Consumption and Production, Climate Action, Life Below Water, Life on Land, Peace, Justice and Strong Institutions and Partnerships for the Goals Dalam tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut mencerminkan prinsip-prinsip inklusifitas misalnya dalam beberapa tujuan berikut 1 Goal ke-8 yaitu bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh serta pekerjaan yang layak untuk semua; 2 Goal ke-9 yaitu bertujuan membangun infrastuktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi; 3 Goal ke-10 yaitu bertujuan untuk menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan; dan 4 Goal ke-16 yaitu bertujuan menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan. Berhubungan dengan hal tersebut, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Bappenas 2017 telah menetapkan arah kebijakan dan strategi perkotaan di Indonesia yang diantaranya dinilai mencerminkan prinsip inklusifitas yakni sebagai berikut Warsilah, 2018 1 Mewujudkan sistem perkotaan untuk pengurangan kesenjangan; 2 Membangun kota yang aman, nyaman dan layak huni dan terpenuhinya standar pelayanan perkotaan; dan 3 Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota yang transparan, akuntabel, partisipatif dan profesional. Inklusi sosial pada dasarnya menunjukkan keadaan sebuah lingkungan yang mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang tanpa terkecuali sehingga mereka merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Warsilah, 2018. Lingkungan yang inklusif menurut Lenoir 1974 dalam Warsilah 2018 adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka dan menyenangkan serta merangkul semua perbedaan. Inklusifitas kemudian dijadikan sebagai paradigma di dalam pembangunan – pembangunan inklusif, yaitu sebuah pendekatan pembangunan sosial yang secara luas menganalisa suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat, atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi dengan cara mendukung keberlanjutan umat manusia dan ekologis Warsilah, 2018. Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 Pembangunan inklusif sangat condong mendekati kerangka sosial demokratik dan mencakup masalah kesejahteraan dalam kaitannya untuk mengatasi masalah ketimpangan dan kemiskinan Prasetyantoko, Bahagijo dan Budiantoro, 2012. Pembangunan inklusif mensyaratkan peran aktif masyarakat, baik melalui sistem demorkasi perwakilan maupun demorkasi langsung seperti bentuk-bentuk mekanisme yang partisipatif. Pembangunan inklusif mendukung peran aktif masyarakat sipil dan mengandalkan suara dan reformasi dari bawah Prasetyantoko, 2012. Paradigma pembangunan inklusif memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan bentuk paradigma pembangunan lainnya seperti dijelaskan dalam tabel berikut Tabel 4. Perbedaan Pembangunan Inklusif dengan Strategi atau Pendekatan Lain Strategi Mengatasi Kemikinan dan Ketimpangan Sumber Prasetyantoko, 2012 Modal Sosial dalam Kebijakan dan Pembangunan Berdasarkan kajian literatur terbatas yang disebutkan di atas, jelas bahwa modal sosial adalah aset yang bermanfaat bagi masyarakat. Modal sosial dapat berkolaborasi dengan kebijakan publik – bisa dijadikan sebagai pendekatan atau paradigma dalam merumuskan kebijakan. Dalam International Policy fellowship, Edi Suharto menawarkan strategi kebijakan publik yang dapat dirancang guna mempengaruhi tumbuh-kembangnya modal sosial, yaitu sebagai berikut 1 Memperkuat kepercayan sosial melalui model integrasi dan relasi di dalam dan di luar lembaga pemerintahan. Proses yang mampu mengatasi konflik berdasarkan win-win solution, desentralisasi dalam pengambilan keputusan. 2 Menumbuhkembangkan nilai bersama melalui kurikulum pendidikan, hukum dan kebijakan keteraturan, identitas bersama sebagai satu bangsa, peraturan yang mempromosikan nilai sosial positif seperti HAM. 3 Mengembangkah kohesifitas dan altruisme melalui pengurangan pajak bagi perorangan atau perusahaan yang melakukan kegiatan sosial atau tanggung jawab sosial, registrasi dan pengorganisasian kegiatan-kegiatan kedermawanan sosial. SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 4 Memperluas partisipasi lokal melalui pendanaan proyek-proyek kemasyarakatan, dukungan bagi program community development, inisiatif-inisiatif yang memperkuat keluarga. 5 Menciptakan jaringan dan kolaborasi melalui kolaborasi antar lembaga pemerintah dan antar lembaga pemerintah LSM serta lembaga usaha, dukungan terhadap organisasi-organisasi sukarela untuk membangun jaringan dan aliansi. 6 Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses atta pemerintahan yang baik, melalui kampanye agar terlibat dalam pemilihan secara demokratis, konsultasi dan advokasi kebijakan bagi masyarakat, pelibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan dan implementasinya, sosialisasi konsep mengenai masyarakat yang aktif, penyediaan sarana informasi pemerintah yang dapat diakses secara luas oleh masayarakat. Terdapat bukti yang terus berkembang bahwa modal sosial mempunyai pengaruh yang kuat terhadap hasil-hasil pembangunan, termasuk pertumbuhan, keadilan, dan pengentasan kemiskinan Grootaert, 1996. Berbagai asosiasi dan institusi menyediakan suatu kerangka kerja informal untuk berbagi informasi sharing information, mongkoordinasikan aktivitas-aktivitas coordinating activities, dan membuat keputusan-keputusan bersama making collective decision Grootaert, 1996. Terkait hal tersebut, Haridison 2013 menjelaskan 1Sharing information Institusi-institusi formal dan informal dapat membantu mencegah kegagalan pasar terkait dengan ketidakcukupan dan ketidaktepatan informasi. 2 Coordinating activities. Perilaku yang tidak terkoordinasi atau petualangan yang dilakukan oleh para agen ekonomi, dapat pula menyebabkan kegagalan pasar. Merujuk pada pengalaman proyek-proyek, tampaknya perilaku dimaksud muncul sebagai akibat kurangnya kekuatan institusi sosial baik formal maupun informal dalam rangka mengatur kesepakatan secara adil. 3 Making collective decisions. Pembuatan keputusan bersama adalah kondisi yang diperlukan bagi penyediaan barang-barang publik dan pengelolaan eksternalitas pasar. Tidak berbeda dengan pemerintah, asosiasi-asosiasi lokal dan yang bersifat sukarela pun tidak selalu efektif dalam memaksimalkan kemampuan untuk membuat keputusan – keputusan bersama. Dalam konteks ini, asosiasi – asosiasi tersebut tidak semata-mata tergantung dari bagaimana mereka mengatasi persoalan informationsharing, tetapi juga pada derajat keadilan yang tersedia. Institusi – institusi lokal umumnya lebih efektif dalam memperkuat kesepakatan bersama dan tindakan kerja sama bilamana aset-aset didistribusikan secara relatif adil dan keuntungan dapat dibagi secara merata. Dengan demikian pada aras lokal, efisiensi dan keadilan berjalan seiring. 2013 36. Sementara itu, Edi Suharto menybutkan beberapa manfaat bagi kebijakan publik yang difokuskan pada pengembangan modal sosial meningkatnya partisipasi masyarakat, menguatnya demokratisasi, menguatnya tindakan kolektif bersama, menguatnya identitas bersama, menurunnya tingkat kejahatan, korupsi dan alienasi, meningkatnya hubungan dan jaringan antar sektor, terjadinya tukar menukar gagasan dan nilai di dalam pluralitas, rendahnya biaya transaksi, menguatnya kemampuan akses masyarakat dalam Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 mengelola sumber daya yang tersedia di skitar mereka. Studi-studi terdahulu, dalam laporan Syahra 2003 menunjukkan bahwa modal sosial berperan alam setiap aspek pembangunan politik, ekonomi, manusia dan budaya. Hal ini dikarenakan, modal sosial menekankan pada pentingnya menjaga hubungan baik dan kepercayaan antar sesama. Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Mengacu kepada definisi dari Wirutomo 2012, komunitas diartikan sebagai satuan masyarakat yang relatif kecil, memiliki hubungan dan keterikatan yang relatif kuat, dan memiliki kepentingan bersama berdasarkan kesadaran sosial. Selain itu, komunitas memiliki beberapa bentuk yang lebih dikhususkan seperti basis primordial, okupasional, spasial dan interest ketertarikan Wirutomo, 2012. Menurut Osborn dan Gaebler dalam Wirutomo, 2012, komunitas lebih mampu melihat potensi yang dimiliki oleh setiap pribadi anggotanya dibandingkan dengan organisasi profesional yang sering hanya mengedepankan aspek kelemahan saja. Berbagai macam komunitas informal di era modern ini, tidak akan hilang keberadaannya dikarenakan potensi-potensi modal sosial mereka. Sejauh yang diyakini oleh Fukuyama 2002, ketika komunitas-komunitas ini memiliki potensi modal sosial adalah tinggal bagaimana mereka memanfaatkannya dengan cara mereproduksi norma-norma informal bersama, mempererat hubungan ke dalam dan memperluas hubungan ke luar serta menjaga kepercayaan dan melebarkan radius penularannya ke luar komunitas mereka. Pada gilirannya, modal sosial sangat berperan dalam pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan ditandai dengan kegiatan-kegiatan peningkatan akses pada informasi, partisipasi, penguatan kapasitas organisasi lokal dan serta merta bersifat inklusif Usman, 2018. Sementara itu, baik di perdesaan maupun perkotaan, bentuk pemberdayaan yang dianggap sesuai ialah pemberdayaan berbasis komunitas community based empowerment. Dengan kata lain, harus tumbuh kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat yang ditandai dengan iklim kerja sama yang baik. Beberapa prinsip dalam pemberdayaan berbasis komunitas adalah sebagai berikut 1 Pembangunan bukan sekedar menghasilkan materi; 2 Pemberdayaan berbasis komunitas artinya menjadikan semua jenis komunitas sebagai unit partisipatif pembangunan – locus/tempat pemberdayaan masyarakat; 3 Mencakup semua strata sosial; 4 Mengidentifikasi smeua potensi yang terkandung dalam sebuah komunitas dan siap bermitra dengannya; 5 Tidak diimplementasikan melalui proyek-proyek sesaat; 6 Dilakukan melalui penularan atas keberhasilan yang sudah ada di komunitas lain; 7 Diikuti dengan pembagian resource; dan 8 Harus menuju masyarakat yang inklusif – semua harus memperoleh hak SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 dasar meliputi pendidikan, kesehatan, pekerjaan, beribadah, berekreasi dan lain-lain Wirutomo, 2012 34-37. Semangat modernisasi yang dipenetrasikan ke dalam berbagai aspek kehidupan memang memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi. Namun demikian hal tersebut tidak boleh dipaksakan begitu saja terhadap komunitas-komunitas sebagaimana dimaksud, mengingat keberagaman komunitas dengan keunikannya sendiri. Oleh sebab itu, mengejar pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan jangan sampai membunuh potensi komunitas. Namun faktanya, yang terjadi justru adalah eksklusi sosial yang membuat komunitas sebagai kelompok yang termarjinalkan. Padahal, pemberdayaan komunitas tidak boleh diseragamkan polanya, biarkan komunitas tertentu berkembang dengan potensi dan ciri khas yang dimiliki Wirutomo, 2012. Oleh karenanya perlu pendekatan pemberdayaan yang tepat dalam rangka mempertahankan identitas komunitas. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat harus mencakup semua strata sosial Wirutomo, 2012 35. Pemberdayaan harus bersifat “community based empowerment” CBE, sebab pada dasarnya masyarakat beraktifitas dalam berbagai ikatan komunitas seperti kedekatan tempat tinggal, persamaan profesi, agama, suku, hobi ataupun ketertarikan yang masing-masing tumbuh dengan karakteristik berbeda-beda Wirutomo, 2012 34. Dengan kata lain, kebijakan yang dihasilkan harus mengakomodasi modal sosial yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Dengan menggunakan pendekatan ini, diharapkan pemerintah mampu mengidentifikasi potensi dalam setiap jenis komunitas serta mau bermitra dengan semua kekuatan komunitas Wirutomo, 2012. SIMPULAN Modal sosial merupakan alternatif bentuk modalitas yang bermanfaat bagi masyarakat untuk memperoleh baik keuntungan ekonomi maupun manfaat sosial. Akademisi maupun praktisi pun melirik modal sosial sebagai sebuah konsep teoritis yang mampu dipadupadankan dengan skema pembangunan. Lebih jauh, modal sosial memiliki sinergi dengan prinsip-prinsip di dalam paradigma pembangunan inklusif berkelanjutan. Pembangunan atau kebijakan yang mengafiliasi modal sosial masyarakat dapat diimplementasikan secara lebih bottom up karena menitikberatkan masyarakat bukan hanya sebagai objek, tetapi juga subjek dari pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, modal sosial juga erat hubungannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Modal Sosial Konsep, Inklusifitas dan Pemberdayaan Masyarakat SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, Juni 2019 DAFTAR PUSTAKA _______. 2005. Guncangan BesarKodrat Manusia dan Tata Sosial Baru. Penerjemah Masri Maris. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. “Eksklusi Sosial Perspektif Baru Untuk Memahami Devripasi dan Kemiskinan”. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Edisi Khusus Tahun 2010. Achmad, Ridha Vivianti Sam. 2014. “Modal Sosial, Dukungan Sosial dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Permukiman Marjinal Kota Bogor”. Skripsi. Bogor Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institute Pertanian Bogor. Aprillia, Yovita Annisa. Suryaningsih Margareta dan Djumiarti Titik. 2015. “Modal Sosial Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah Layak Huni”. Diunduh dari Asrori, Syaifudin. 2014. “Pemberdayaan Perempuan Majlis Taklim Daarunnisa Analisis Kapital Sosial”. Jurnal BIMAS Islam 74. Balady, Ashfin. 2018. “Aktualisasi Modal Sosial dalam Pemberdayaan Komunitas”. Skripsi. Jogjakarta Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Coleman, James, S. 1989. Social Capital in Creation of Human Capital. University of Chicago Press. Fathy, Rusydan. 2017. “Modal Sosial dan Ketahanan Ekonomi Ojek Pangkalan Salemba”. Skripsi. Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Field, John. 2010. Modal Sosial. Terjemahan Nurhadi. Bantul Kreasi Wacana. Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Terj Rusiani. Jogjakarta Qalam. Grootaert, Christian. 1998, Social Capital “The Missing Link?”, The World Bank Social Development Family, Enviromentally, and Socially Sustainable Development Network, Social Capital Initiative, Working Paper, No. 3. Haridison, Anyualatha. 2013. “Modal Sosial dalam Pembangunan”. JISPAR FISIP Universitas Palangka Raya, 4. Kamarani, Neng. 2012. “Analisis Modal Sosial Sebagai Salah Satu Upaya dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang”. Jurnal Manajemen dan Kewirusahawan, 33. Portes, A. 1998. Social Capital Its Origins and Applications in Modern Sociology. Annual Review of Sociology. Puspitasari, Dewi Cahya. 2012. “Modal Sosial Perempuan Dalam Peran Penguatan Ekonomi keluarga”. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 12. Putnam, Robert. 2000. Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community. New York Simon and Schurster. Ritzer, George. Ed. 2005. Encyclopedia of Social Theory. California Sage Publication. Sila, Muhammad Adlin. 2010. “Lembaga Keuangan Mikro dan Pengentasan Kemiskinan Kasus Lumbung Pitih Nagari di Padang”. Jurnal Sosiologi MASYARAKAT, 151. Sirovatka Thomas dan Mares Petr. 2008. “Social Exclusion and Forms of Social Capital”. Czech Sociological Review, 44 3. SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2, Juni 2019 Suharto, Edi. “Modal Sosial dan Kebijakan Publik. Diunduh dari Syahli, Rio dan Sekarningrum, Bintarsih. 2017. “Pengelolaan Sampah berbasis Modal Sosial”. Sosioglobal Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, 1 2. Syahra, Rusydi. 2003. “Modal Sosial Konsep dan Aplikasi”. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 5 1 2. Usman, Sunyoto. 2005. Esai-Esai Sosiologi Perubahan Sosial. Jogjakarta Pustaka Pelajar. Wirutomo, Paulus. 2012. Sosiologi Untuk Jakarta Menuju Pembangunan Sosial Budaya. Jakarta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta. ... Secara Terminologi, Fathy, 2019a mendefiniskan modal sosial sebagai kemampuan para aktor untuk menjamin manfaat dengan bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur sosial lain Fathy, 2019b modal sosial yang dimiliki seorang anggota dari suatu kelompok tergantung dari kuantitas maupun kualitas hubungan yang dapat diciptakan, serta seberapa besar modal ekonomi, budaya dan sosial yang dimiliki oleh setiap orang yang ada di jejaring hubungannya Syahra 2003 concern seluruh pemangku kepentingan. Poin penting lainnya tentu saja bagaimana harmonisasi dan pembagian peran antara pemerintah dan sektor swasta untuk mencapai sebuah kesamaan visi dan dalam memformulasikan rancangan implementasi yang konkrit dan adaptif.. ... Dewi Cahyani PuspitasariEksistensi perempuan memiliki peran penting baik pada ranah domestik keluarga dan publik masyarakat. Dalam perannya mengelola keuangan keluarga baik dari hasil nafkah suami maupun kerja produktifnya menjadikan perempuan sadar akan posisinya menjaga keberlangsungan ekonomi keluarga. Perempuan mampu mendayagunakan sumber ekonomi melalui pemanfaatan stok modal sosial yang dimilikinya berupa jejaring sosial dalam lingkungan sosial untuk mempertahankan bahkan meningkatkan ekonomi keluarga. Dari pengalaman pendampingan ekonomi perempuan usaha mikro, penulis mencoba mengkonseptualisasikan dalam kerangka fungsi dan peran modal sosial untuk penguatan ekonomi keluarga. Dengan demikian, pilihan saluran penghidupan perempuan dan keluarganya melalui pemanfaatan modal sosial menjadi peluang strategis dan produktif untuk menjaga daya tahan ekonomi Kunci perempuan, modal sosial, ekonomi keluarga. Muhammad SilaThis study explores the advent of microfinance institution that has been an important development in recent years. Through case study on one microfinance institution namely lumbung pitih nagari located in Padang, West Sumatra, Indonesia, this study found that the existence of the micro credit institute has been influenced by several factors such as state regulations. In 1997, the central bank of Indonesia BI carried out regulatory reforms in order to reduce the risk of bank failures. This regulation in fact has weakened the role of microfinance institutions in giving financial services to small-medium enterprises SMEs. However, in the reformation era, many local microfinance institutions emerge as the Ministry of Cooperation and Small-Medium Enterprises has officially given support for the betterment of SMEs through soft loan mechanism. LPN has been one of its kind which is able to run profitably and at the same time to facilitate credit for SMEs in the region. Key words finance and micro credit, lumbung pitih nagari, social capital, D. PutnamVideo-based media spaces are designed to support casual interaction between intimate collaborators. Yet transmitting video is fraught with privacy concerns. Some researchers suggest that the video stream be filtered to mask out potentially sensitive ...Eksklusi Sosial Perspektif Baru Untuk Memahami Devripasi dan "Eksklusi Sosial Perspektif Baru Untuk Memahami Devripasi dan Kemiskinan". Jurnal Masyarakat dan Budaya. Edisi Khusus Tahun Sosial, Dukungan Sosial dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Permukiman Marjinal Kota BogorRidha Vivianti AchmadSamAchmad, Ridha Vivianti Sam. 2014. "Modal Sosial, Dukungan Sosial dan Ketahanan Sosial Keluarga di Daerah Permukiman Marjinal Kota Bogor". Skripsi. Bogor Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institute Pertanian Sosial Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah Layak HuniYovita AprilliaAnnisaAprillia, Yovita Annisa. Suryaningsih Margareta dan Djumiarti Titik. 2015. "Modal Sosial Masyarakat dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah Layak Huni". Diunduh dari Perempuan Majlis Taklim Daarunnisa Analisis Kapital SosialSyaifudin AsroriAsrori, Syaifudin. 2014. "Pemberdayaan Perempuan Majlis Taklim Daarunnisa Analisis Kapital Sosial". Jurnal BIMAS Islam 74.Aktualisasi Modal Sosial dalam Pemberdayaan KomunitasAshfin BaladyBalady, Ashfin. 2018. "Aktualisasi Modal Sosial dalam Pemberdayaan Komunitas". Skripsi. Jogjakarta Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. A educação inclusiva é uma proposta que procura trazer às escolas regulares alunos especiais. Nesse sentido, é dever da escola transformar e adequar o ambiente aos alunos que possuem qualquer tipo de atendimento especializado, com o objetivo de desenvolver estes alunos completamente. Para isso, é necessário conhecer o contexto de desafios que essa nova proposta educacional tem enfrentado e assim pensar junto aos colabores da escola práticas inclusivas que sanem os problemas e alcancem uma educação, de fato, inclusiva. Pensando nisso, separamos 6 práticas inclusivas para que você consiga acolher alunos especiais em sua escola, fazendo com que eles, realmente, se desenvolvam inteiramente em contato com outros estudantes. Vamos lá? Quais os pilares que sustentam a educação inclusiva? Antes de te contarmos melhor sobre quais práticas inclusivas você pode adotar em sua escola, vamos te mostrar quais os pilares que sustentam a educação inclusiva. Pois bem, a educação inclusiva pauta-se em 5 pilares. Conheça-os agora Toda pessoa tem o direito de acesso à educação Toda pessoa aprende O processo de aprendizagem de cada pessoa é singular O convívio no ambiente escolar comum beneficia a todos A educação inclusiva diz respeito a todos Além disso, a educação inclusiva abrange três grupos de estudantes. São eles alunos com deficiência; alunos com transtornos globais de desenvolvimento ou transtorno do espectro autista; alunos com altas habilidades ou superdotação Na teoria a educação inclusiva funciona muito bem, porém, na prática ela encontra desafios para alcançar seu êxito. E é por isso que vamos te contar a seguir 6 práticas inclusivas para superar os desafios e fazer com alunos que possuam algum tipo de limitação consigam se desenvolver completamente. Separamos para você 6 práticas inclusivas para aplicá-las em sua escola. Acompanhe! 1. A educação inclusiva deve fazer parte do dia a dia escolar A educação inclusiva deve fazer parte do dia a dia escolar. Essa é a primeira prática que você deve aplicar em sua escola. A educação inclusiva deixou de ser uma prática paralela há algum tempo, mas ainda hoje enfrenta desafios para ser implementada nas instituições de ensino do país. Isso acontece porque o assunto ainda se apresenta como um tabu social, o que deve ser desmistificado. É necessário que toda a comunidade esteja engajada em alcançar e implantar a educação inclusiva no seio escolar. E para isso, não se pode, nem se deve medir esforços. O diálogo é a chave central, já que como a implementação de uma educação inclusiva ainda é algo novo. Todos diretores e diretoras, coordenadores e coordenadoras, professores e professoras e estudantes devem participar de reuniões sobre o assunto e se inteirar sobre o seu papel dentro dessa nova lógica educacional. 2. Dentro da sala de aula respeite os diferentes ritmos de aprendizado O educador e a educadora serão os mediadores de uma prática inclusiva em sala de aula. É esse profissional que deverá orientar e guiar os alunos, sejam eles especiais ou não, pelo caminho do conhecimento. E para que isso seja alcançado, os professores e professoras deverão saber respeitar os diferentes ritmos de aprendizagem. Isso significa, na prática, pegar a mão dos alunos e com muita paciência, baseados em estratégias pedagógicas, e ainda com muito cuidado ensinar aquilo que alguns dos alunos não conseguiram dominar na primeira explicação. Em uma sala de aula inclusiva, os conteúdos das aulas são considerados objetos de aprendizagem. À cada um dos alunos cabe atribuir, significar e construir conhecimentos de maneira autônoma, como prega a BNCC. Aos professores cabe mediar o caminho entre os objetos de aprendizagem e o desenvolvimento do conhecimento autônomo. O professor não estará para sempre ao lado dos alunos, portanto, é seu dever entender que cada um se desenvolve em seu ritmo, sem se esquecer de trabalhar a independência de todos os alunos, inclusive os que possuem algum tipo de limitação. O educador, então, deve passar ao estudante toda a confiança que ele precisa para se sentir capaz de resolver qualquer problema ou questão. É através desse caminho que será possível ao educador compartilhar, confrontar e resolver conflitos cognitivos dentro da sala de aula inclusiva. 3. Capacite os educadores e coordenadores de sua escola Uma outra prática inclusiva que deve ser adotada é a capacitação de educadores e coordenadores escolares. É dever da escola que se propõe a adotar uma educação inclusiva fornecer meios de capacitação profissional nesta área. Para isso, há redes de apoio de que podem ser acessadas. Afinal, não é obrigação saber ensinar e lidar com alunos com necessidades educacionais especiais sem nenhuma capacitação anterior, mas é obrigação procurar meios para se aprender. Portanto, confira a seguir quais são essas redes de apoio que a escola pode procurar para capacitar seus colaboradores Atendimento Educacional Especializado AEE; Profissionais da educação especial — intérpretes, professores de Braille etc. — da saúde e da família. Além dessas redes, a escola pode também levar à instituição educadores especializados em educação inclusiva para dar palestras aos alunos e colaboradores, para que cada vez mais a educação inclusiva seja de fato alcançada. 4. Foque nas competências e não nas dificuldades dos estudantes O educador e educadora que se propõe a ser inclusivo deverá focar nas competências e não nas dificuldades ou limitações dos estudantes que possuem Necessidades Educacionais Especiais. Os professores e professoras deverão conhecer individualmente cada aluno que têm para, assim, conseguir identificar suas competências e trabalhá-las com carinho e atenção. Para isso, o tempo é o seu melhor amigo. Ninguém aprende a ensinar alunos com algum tipo de deficiência ou limitação do dia para noite, é necessário tempo, disciplina, empatia e capacitação. Educadores que querem ser melhores devem não apenas esperar que a capacitação venha como uma prática da escola, mas sim buscar por uma formação continuada que os possibilidade enxergar a prática inclusiva como algo que faz parte de seu cotidiano escolar. É claro que sim, as limitações devem ser levadas em conta, mas não serão tratadas como o centro da educação. O professor inclusivo deverá pensar em práticas educacionais que consigam atingir diferentes alunos, apesar de suas limitações. O ideal não é buscar atividades distintas para alunos surdos ou cegos, por exemplo, mas procurar por atividades que de fato incluam alunos com necessidades especiais e os demais. 5. Todos os colaboradores da escola devem debater sobre os desafios da educação inclusiva A educação inclusiva ainda é um desafio. E desafios só são vencidos por meio de debates. Após a implantação de medidas e práticas inclusivas, é normal que problemas apareçam, afinal, esta é uma prática nova dentro da educação. Para solucionar possíveis questões e desafios, toda a comunidade escolar deve participar de debates para que essas dificuldades sejam superadas. E quando nos referimos a toda a comunidade, estamos dizendo que diretores, pais, alunos sem necessidades especiais, alunos com necessidades especiais, educadores e coordenadores, todos esses devem partilhar suas experiências. Somente assim a educação será realmente inclusiva, quando todos forem ouvidos e devidamente atendidos em suas necessidades. 6. Invista em formação continuada Como mencionamos, é dever da escola, como instituição que se propõe a oferecer uma educação inclusiva, oferecer capacitação profissional. Porém, é também dever do educador e educadora procurar por essa capacitação de maneira autônoma. A educação inclusiva é uma área do mercado de trabalho educacional que ainda apresenta déficit de especialistas. Portanto, procurando por uma formação continuada nessa área, caminhos profissionais serão abertos e, além disso, a empatia será desenvolvida de maneira ainda mais profunda. Esperamos que você tenha gostado de conhecer melhor as práticas inclusivas e que você consiga adotá-las em sua instituição de ensino. Aproveite para ler nosso artigo sobre competências socioemocionais da BNCC, um assunto que certamente te ajudará a alcançar uma educação inclusiva!

sebutkan penerapan perilaku inklusif di lingkungan masyarakat